19/12/2009

Life is For Success

Disebuah puncak pegunungan yang indah nan sejuk. Terletak sebuah sekolah menengah pertama(SMP) yang berbentuk boarding school yang bersih dan nyaman. Sekolah itu bernama SMP Jakarta Islamic Boy Boarding School. Disekolah itu saya belajar sekaligus beribadah.
Saya mengawali lembaran di sekolah itu pada tanggal 22 Juli 2007. Dengan diantar dengan sebuah mobil yang berisi saya dan keluarga kecil berikut nenek saya yang senantiasa menemani saya. Sesampainya saya di JIBBS, sebut saja begitu, saya pergi ke tempat pengisian formulir kedatangan. Setelah itu, sejenak saya berpamitan dengan keluarga saya. Lalu perlahan-lahan mata saya meneteskan air pertanda kesedihan saya. Namun apa mau hendak dikata, perpisahan ini hanya bersifat sementara.
Rasanya sulit untuk hati ini memberhentikan air mata yang sudah terlanjur menetes. Beberapa saat kemudian, saya memindahkan koper saya ketempat yang telah disediakan. Setelah itu saya bermain bersama teman-teman yang satu sekolah dasar dengan saya. Mereka itu bernama Rizqi dan Iqbal, ya… Mereka itu teman yang waktu pertama kali saya mengunjungi sekolah ini untuk survey dan hati mereka ternyata sama dengan saya, tertarik dengan sekolah besih ini. Mereka berdua yang menemani saya bermain disekolah ini saat saya belum mengenal siapa-siapa.
Di boarding school ini saya termasuk angkatan ketiga. Pada awalnya saya tidak cocok dengan sekolah ini. Bila saya sedang berbicara dengan teman-teman saya tentang kesan terhadap sekolah ini, saya selalu berkeinginan untuk pindah ke sekolah lain ketika kelas 8. Namun ketka saya kelas 8, saya diberi pilihan oleh orangtua saya untuk memilih antara pindah sekolah dengan mengikuti program sekolah yaitu student immersion. Pada saat itu saya merasa bingung untuk memilih salah satu pilihan itu. Saya tahu, mungkin inilah saatnya saya memutuskan untuk tetap tinggal di boarding ini sampai kelas 9. Namun memang pada saat itu hati saya sudah cukup kuat untuk melanjutkan lembaran-lembaran ini.
Inilah lembaran kehidupan, ada lembaran yang penuh noda dan adapula yang sedikit noda, bahkan lembaran yang tidak bernodapun juga ikut menghiasi. Dan tidak mudah untuk melewati lembaran-lembaran ini. Banyak rintangan dan ujian yang menghadang. Hanya dengan kesabaran dan keimanan yang kuat yang dapat melewati lembaran itu dengan mudah.
Hari-hari saya yang membosankan di boarding ini telah saya lewati kurang lebih 2 setengah tahun. Dan sekarang saya sudah beranjak ke kelas 3. Inilah saat rasa kedewasaan saya mulai dituntut. Lalu terpilihnya saya sebagai anggota OSIS untuk kedua kalinya, membuat saya harus memakul beban yang cukup berat demi menjaga nama baik sekolah ini. Namun saya tidak akan pernah lupa dengan support teman-teman saya yang senantiasa menghibur saya dalam lelah, sedih, sepi, dan sebagainya.
Dan ketika saya dan teman satu angkatan telah beranjak ke kelas tiga. Kami merasa semakin kompak. Dan mulailah nama “Atmosphere” muncul. Kami sangat sepakat dengan nama yang diberikan untuk angkatan kita itu. Atmosphere adalah kepanjangan dari Angkatan Tiga Most Prendship. Nama yang unik, namun saya akan selalu merindukan nama-nama yangada di dalamnya. Generasi yang membuat perubahan cukup banyak terhadap sekolah ini. Saya merasa bangga dengan adanya Atmosphere yang kompak dan semakin solid. Dan saya ingin seluruh anggota dari generasi ini, tidak akan pernah lupa satu sama lain.
Seiring dengan perkembangan tubuh saya yang semakin membesar, saya juga akan menghadapi sebuah ujian. Dan ujian ini adalah bukan ujian seperti biasa. Namun ujian ini sangat menentukan saya untuk memilih dua pilihan, yaitu ingin melanjutkan kejenjang berikutnya atau ingin tetap berada di tingkat SMP kembali. Ujian berlangsung empat hari, dan empat hari ini sangat menentukan lulus atau tidak kah saya selama 3 tahun bersekolah di sekolah ini.
Pernah sesekali saya meluangkan waktu untuk bertukar pikiran dengan teman-teman. Misalnya seperti dimana kami akan melanjutkan SMA dan mungkinkah kami dapat bertemu setelah kami menentukan pilihan masing-masing. Meski terkadang canda dan tawa menghiasi perbincangan saya dan kawan-kawan, saya tetap senang berada disisi mereka semua. Saya ingin terus menjalin ukhuwah diantara mereka. Bermain dan belajar bersama itu yang sangat saya inginkan.
Roda terus berputar pertanda masih ada kehidupan. Dan selama masih ada kehidupan saya ingin sekali mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya akan berjuang selama jantung masih berdetak dan selama waktu memberikan kesempatan. Saya tahu, perjalanan menuju sukses tidak berjalan dengan mulus tanpa adanya usaha, kerja keras, serta do’a yang selalu mendampingi hari-hari saya. “Never Give Up !”

21/11/2009

Mereka...

Tiada hari tanpa kesibukan untuk mencari uang demi tercapainya keinginan untuk bersekolah. Itulah yang dialami kebanyakan anak-anak terlantar. Mereka hanya bisa menahan rasa lapar, haus, begitu juga dengan rasa lelah yang mereka alami sejak mereka diterlantarkan. Terkadang mereka bekerja dari pagi ke malam dan hanya mendapatkan uang yang cukup untuk makan sekali saja dalam sehari. Sungguh kesengsaraan yang selalu mereka dapatkan disetiap harinya.


Kehidupan sekeras itu, mereka lakoni demi masa depan mereka. Tanda kelelahan selalu menghiasi wajah mereka yang pucat. Perasaan cemas selalu menghantui setiap orang ketika teringat wajah-wajah malang mereka. Bagi mereka itu semua sungguh tak adil. Namun mereka bingung apa yang harus mereka kerjakan. Mereka terus berfikir bahwa hidup harus dijalani dengan cara apapun.

19/11/2009

Tired but So Fun

Pada hari Minggu tanggal 15 November 2009. Tepatnya pukul 7, seluruh siswa SMP Jakarta Islamic Boy Boarding School telah siap untuk melakukan kunjungan ke PP-IPTEK(Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang terletak di daerah Jakarta bagian timur, tepatnya di TMII(Taman Mini Indonesia Indah). Bagi saya kunjungan ke PP IPTEK Jakarta adalah kedua kalinya dan sebelumnya saya berkunjung pada saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
                Dengan menggunakan kaos kepanduan dan celana panjang yang sopan saya dan kawan-kawan berbaris terlebih dahulu di lapangan untuk diberikan instruksi dan berdo’a sebelum kami semua berangkat. Kami berkunjung dengan menggunakan sebuah bus pariwisata yang berkapasitas kurang lebih 54 orang di dalamnya. Dan Allhamdulillah kami sampai ke tempat tujuan dengan selamat pada pukul 9. Tugas kami di sana adalah membuat laporan tentang semua hal unik yang ada disana. Mulai dari alat peraga yang bermacam-macam sampai dengan demo-demo sains yang telah disediakan.

                PP-IPTEK adalah wahana yang menyediakan berbagai macam alat peraga. Kurang lebih ada 250 alat peraga di dalamnya. PP-IPTEK diresmikan oleh Bapak Soeharto di Jakarta pada tanggal 10 November 1995. Dibagi dalam beberapa zona peraga seperti: zona transportasi, komputer, biologi, demo, dan lain-lain.

                Awalnya kami berbaris di depan pintu masuk PP-IPTEK, lalu kami disuruh untuk meletakkan tas dan barang bawaan kami. Setelah itu kami kembali berbaris dan mendengarkan pengarahan dari Kakak Pembina. Setelah mendengarkan pengarahan dari kakak Pembina, kami dipersilahkan masuk ke dalam PP-IPTEK. Wow… menakjubkan.
                Pertama kali masuk saya melihat patung kepala orang-orang yang bersejarah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi seperti: Albert Einstein, Isaac Newton, dan lain-lain. Lalu saya menuju zona transportasi dan sebagainya. Saya melihat banyak alat peraga dan bagian mesin pada kendaraan darat seperti mobil dan motor. Salah satu alat peraganya adalah gyroskop. Sebuah sepeda yang ditaruh di sebuah benda berputar, lalu saya menaikinya dan terasa pusing sekali saat saya turun. Setelah itu saya melanjutkan petualangan saya di gedung yang berisi ilmu dengan berbagai macam alat peraga tentang ilmu pengetahuan dan teknologi ini.
                Langkah saya berikutnya adalah tertuju pada sebuah semprotan angin yang dapat menimbulkan air bila kita menekan semprotan itu di depan sebuah lubang. Menarik dan mengesankan.

                Setelah itu saya dan kawan-kawan menuju ruang auditorium untuk menonoton sebuah film dokumenter yang bertajuk Tsunami Chaser. Menurut dokumenter itu kata tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang dermaga. Tsunami yang ditayangkan pada film documenter itu adalah tsunami yang terjadi di Papua New Guinea tepatnya di Laguna Sosshano. Dan beberapa hari setelah itu datang sekelompok peneliti dari Amerika. Sekelompok peneliti itu tentunya bertujuan unutk meneliti tsunami yang telah terjadi sebelumnya dan juga mereka mewawancarai warga setempat. Dan ternyata sebelum tsunami itu terjadi, ada gempa sekitar 7 SR, lalu dilanjutkan dengan pasang surut ombak yang tak menentu sampai dengan ketiga kalinya. Lalu dinding air yang sangat tinggi yang bernama tsunami itu menghantam Laguna Sosshano. Menurut para peneliti itu ombak itu mencapai ketinggian kurang lebih 10 m. Bagi penduduk setempat mungkin tsunami itu adalah kiamat bagi mereka. Namun bagi saya ada kesan yang tersendiri tentang itu semua, mungkin itu peringatan bagi kita semua dari Allah berupa tsunami.

                Setelah saya dan kawan-kawan menonton film dokumenter itu, kami semua menuju lantai bawah untuk malihat sebuah demonstrasi. Saya sudah mengira bahwa demonstrasi ini akan sangat menarik. Dan benar, demonstrasi yang berjudul “Roket Air” akan segera dipertunjukkan. Namun sebelum kakak Pembina memulai demonstrasi itu, terlebih dahulu dia memberikan sebuah materi tentang cara membuat roket dan bagaimana roket itu dapatberfungsi. Ada tiga bagian yang terdapat pada roket itu. Yaitu, Nose, Vessel, dan Nozzle. Nose itu adalah bagian hidung atau kepala yang berfungsi untuk membelah angin pada saat roket itu di udara. Vessel adalah bagian badan yang berfungsi untuk mengangkut muatan yang dibutuhkan. Namun dalam prinsip roket air, vessel berguna untuk menampung air yang dibutuhkan sebagai bahan bakar. Sedangkan nozzle adalah bagian bawah roket, dan nozzle dilengkapi dengan fin benda yang berbentuk seperti sayap dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan saat di udara. Dan minimal fin yang digunakan adalah 3 buah. Setelah penyampaian materi, kami semua langsung menuju keluar untuk melihat praktek atau demo peluncuran roket air. Lalu Kakak Pembina meminta bantuan 2 orang untuk maju kedepan. Dan ternyata yang pertama kali maju ke depan adalah 2 orang guru dari sekolah saya yaitu, Ustadz Safari dan Ustadz Kholik. Tugas Ustadz Safari adalah sebagai pemompa gas yang akan diberikan ke roket tersebut, dan Ustadz Kholik bertugas sebagai penekan kendali. Pertama, Kakak Pembina memasukkan air kedalam roket yang berisi 400 mm. Kedua, Ustadz Safari memompa gas sebanyak 20 kali pompaan. Dan terakhir Ustadz Kholik menekan kendali pada roket itu dengan 3 kali hitungan mundur. 3… 2… 1… Swiing… Roket air itu meluncur cukup tinggi. Sungguh menarik.
                Dan kali keduanya adalah murid yang bertugas. Namun karena dua orang saja yang dapat melakukan tugas itu, dan akhirnya kedua teman saya yang bernama Fadhil dan Bardan yang akan melakukan tugas itu. Bardan mengerjakan tugas yang telah dikerjakan Ustadz Safari sebelumnya, sedangkan Fadhil mengerjakan tugas yang telah dikerjakan Ustadz Kholik Sebelumnya. Dan hasilnya adalah roket Fadhil dan Bardan meluncur lebih tinggi dan jauh dibandingkan roket sebelumnya. Wow… untuk kedua kalinya saya terkesima dengan melihat apa yang telah terjadi dihadapan saya.

                Setelah kami semua menonton demo peluncuran roket air. Kami melanjutkan petualangan kami ke ruangan yang disebut zona magnet dan listrik. Lagi-lagi saya melihat alat-alat peraga yang sangat menarik. Namun menurut saya zona ini adalah zona yang paling menarik. Selain bermacam-mcam alat peraga, di dalamnya juga terdapat sebuah simulator gempa yang berkapasitas maksimal 3 orang. Saya kebagian untuk dapat mencicipi bagaimana alat ini bekerja. Dan hasilnya kurang menarik. Lalu saya berjalan ke kanan dan melihat sebuah alat peraga simulasi tsunami. Cara kerja alat tersebut adalah kita tarik tuas ke atas lalu kita masukkan kembali tuas itu dengan tenaga yang cukup kuat. Lalu rumah dan pohon yang berada di dalam alat itu terjatuh dengan gelomang air yang cukup deras. Lalu setelah itu, saya kembali keliling ruangan itu dan mencoba-coba alat peraga yang lainnya.
Setelah saya puas mencoba hampir semua alat peraga, petualangan saya beralih ke lantai atas untuk melihat demonstrasi atau eksperimen. Sebelumnya saya harus menunggu kawan-kawan saya yang belum datang untuk waktu beberapa menit.
                Setelah seluruh kawan saya telah berkumpul, eksperimen pertama dimulai. Eksperimen pertama adalah “Tujuh Paku”. Prinsip eksperimen ini adalah keseimbangan. Jadi, salah satu orang diminta untuk maju ke depan, lalu orang tersebut disuruh untuk menaruh 6 paku lainnya di atas 1 paku yang telah di pasang. Mula-mula yang maju ke depan adalah Ustadz Safari. Lalu Beliau belum sanggup untuk melakukan hal itu. Beliau ditawarkan untuk membawa satu temannya kedepan, dan beliau memilih Ustadz Sandi untuk mendampinginya. Dan lagi-lagi mereka belum dapat melakukannya. Untuk kedua kalinya Ustadz Safari ditawarkan untuk membawa satu teman lagi untuk maju ke depan mendampinginya, dan beliau memilih Ustadz Jam’ul. Setelah beberapa kali mencobanya, akhirnya mereka bertiga dapat menyelesaikan eksperimen itu. Lalu selanjutnya adalah “Bagaimana mengetahui keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri?”. Awalnya kami semua disuruh mengucapkan tulisan yang ditunjukkan sesuai dengan tulisan dan warna. Lalu berikutnya adalah kita disuruh mengucapkan tulisan itu lagi. Namun kali ini ada yang berbeda, ternyata tulisan dengan warna berbeda. Itu yang membuat kami bingung. Dan kata Kakak Pembina, “Berarti otak kanan kalian harus lebih dilatih lagi agar otak kalian seimbang”.
                Lalu dua eksperimen selanjutnya adalah eksperimen tentang massa jenis dan eksperimen tentang reaksi kimia. Setelah kami puas melihat empat eksperien tadi, pandangan Ustadz Marjuki tertuju pada sebuah jam yang ada di tangannya. Dan ternyata jarum pendeknya berada diantara angka 12. Dan itu artinya kami semua harus menuju ke Mushola untuk melakukan Sholat Dzuhur.
Setelah kami semua selesai mengerjakan kewajiban kami seorang muslim, kami semua menuju ruangan yang di depan pintunya tertulis “Library”. Namun, setelah saya masuk ke sana tidak ada satu buku pun yang terpampang , dan yang ada hanyalah ruangan yang berisi beberapa meja makan berikut kursinya. Ternyata, di tempat itulah kami semua menyantap makan siang yang menunya adalah nasi padang berikut ayam goreng.
                Setelah perut kami penuh dengan menu santapan siang itu, saya dan kawan-kawan diberi waktu 30 menit untuk keliling PP-IPTEK lagi dan mencatat salah satu alat peraga yang ada di PP-IPTEK Jakarta ini. Saya langsung memanfaatkan keadaan ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang dunia sains. Saya merasa seperti menjadi seorang researcher atau peneliti cilik.
30 menit berlalu dan saatnya kami untuk keluar dari tempat belajar sekaligus bermain itu. Dan cuaca di luar tampaknya kurang menukung untuk kita keluar dari PP-IPTEK itu. Dan kami semua mengambil tas yang sebelumnya dititipkan. Lalu setelahnya, kami semua menuju bus yang telah menyalakan mesinnya . Dan itu pertanda kami semua bus itu telah siap meluncur ke tempat pemberhentian berikutnya.

                Berhubung PP-IPTEK itu berada di TMIIl, saya dan kawan-kawan menuju ke tempat pemberhentian berikutnya. Tempat itu adalah tempat dimana terdapat bebagai jenis kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad S.A.W. Tempat itu bernama ”Baytul Qur’an”. Banyak sekali Qur’an yang terdapat di sana. Dan yang uniknya adalah Qur’an yang terbesar yang pernah saya lihat terdapat di tempat itu pula.

                Setelah kami puas keliling dan melihat-lihat isi di dalam “Baytul Qur’an” itu. Kami bergegas kembali menuju kediaman kami di Bogor. Namun, berhubung waktu menunjukkan pukul tiga lewat 5 menit, dan tujuan kami beralih ke masjid yang lumayan besar. Masjid itu bernam Masjid Agung At-tin yang terletak di sebelah kiri TMII.


                Setelah kami melaksanakan sholat Ashar berjama’ah di sana. Kami semua langsung menuju bus yang telah bersiap perjalanan jauh yaitu ke Bogor, tempat kami tinggal.
Sampainya di sekolah pukul 7 lewat 30 menit. Badan saya terasa pegal-pegal. Petualangan saya kali ini terasa melelahkan. Walaupun lelah saya merasa senang karena telah mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga. “Tired But So Fun”.

09/10/2009

Only You...

Sekitar 2 tahun silam kita bertemu di sebuah boarding school yang berbentuk vila. Awalnya kita tidak mengenal satu sama lain. Dan kita semua mencoba untuk mengetahui satu sama lain. Tapi hanya sebagian anak yang mengira sudah tidak cocok dengan sekolah ini. Awalnya kita berjumlah 22. Dan dari ke22 anak ini hanya ada 16 anak emas yang terpilih. Dan itulah kita "ATMOSPHERE". Kita semua sudah menganggap 1 sama lain sebagai keluarga.
Atmosphere telah mengubah sekolah yang bernama JIBBS itu menjadi sekolah yang solid untuk persahabatan. Dan mungkin bukan hanya dalam persahabatan, bahkan di semua hal. Kita torehkan satu-persatu pengalaman kita di sebuah lembaran yang penuh dengan noda ujian.
Tahun demi tahun telah kita lewati bersama. Sedih, senang, duka, cita, bermain bersama, belajar bersama, dan lain-lain. Itu semua telah kita lewati bersama banyak ujian menghadang. Dan hingga akhirnya, kita semua mendapatkan ujian yang paling berat dari semua ujian yang telah kita lewati. Yaitu, kehilangan 1 dari saudara kita. Sungguh, berat rasanya untuk mengikhlaskannya. Tapi itulah takdir. Saya bingung dengan semua apa yang telah terjadi. Dan saya tau hanya waktu yang dapat menjawab itu semua. Ujian itu tidak dapat diduga oleh kita semua.
Dalam mobil di perjalanan pulang saya kemarin. Saya hanya dapat menyesali atas semua yang telah terjadi. Saya tidak bisa memanfaatkan waktu selama 2 tahun itu untuk banyak berbagi dengan kalian semua. Dalam tatapan kosong saya,hanya bisa bersedih. Perlahan saya bicara kepada hati saya sendiri untuk mengikhlaskannya.
Kembali ke ujian itu.Ujian itu ialah. Sahabat kita yang bernama lengkap "ISMAIL ABDULLAH ADAM" itu telah meninggalkan JIBBS. Adam, nama yang biasa di panggil oleh sahbatnya di sekolah, ialah anak yang berpotensi,pintar,unik,dan dapat menghibur kita semua. Adam terus berusaha untuk menjadi yang terbaik diantara teman-temannya. Dia tidak pernah berputus asa. Dia sangat sulit untuk dilupakan. Dan 10 hari lagi ia menginjak usia yang ke14. Dan saya tidak dapat memberikan apa-apa ke dia.(Dam maafin kita semua yak ?)
Dalam isakan tangis haru dan yang tak akan melupakanmu, FARID .
Bogor, 9 Oktober 2009

22/03/2009

My Life, My Adventure

Nama saya Farid. Saya adalah satu dari tiga puluh tujuh siswa SMP Jakarta Islamic Boy Boarding School (JIBBS). Disekolah ini saya berperan sebagai santri sepuluh hari atau bisa di bilang yang melakukan kegiatan sehari-hari di boarding school, lalu hari ketiganya kembali lagi ke boarding school. Begitulah kegiatan yang saya lakukan selama kurang lebih dua tahun di JIBBS.
                Saya sadar, sekolah ini hanya memiliki tiga puluh tujuh siswa. Walaupun begitu, di sini banyak hal menarik yang bisa saya dan teman-teman lakukan. Memang di dunia seperti banyak hal yang bisa kita lakukan , dan lebih banyak lagi hal yang tidak boleh kita lakukan.
                Awalnya saya tidak suka atau bisa dibilang kurang cocok masuk ke boarding ini. Tapi lama-lama dunia santri ini cukup menarik untuk saya jelajahi. Banyak sekali pengalaman yang bermanfaat dari dunia ini. Contohnya seperti sebelum saya masuk ke JIBBS, saya masih manja dan penakut.  
                Dan Alhamdulillah,setelah sedikit demi sedikit rasa manja dan ketakutan saya menghilang dari diri saya setelah masuk ke dunia santri yang menyenangkan ini. Dan bukan hanya itu, disini saya juga lebih dewasa dan mandiri dari sebelumnya. Disini saya juga banyak belajar tentang agama. Dan bukan hanya itu, saya juga bisa belajar apa saja yang saya inginkan.
                Di dunia santri ini juga banyak teman yang bisa saya ajak bermain dan belajar. Teman-teman say
                Namun ada satu hal yang membuat saya merasa kehilangan. Yaitu, ada beberapa teman saya disini yang tidak betah dan akhirnya pindah dari sini. Tetapi menurut saya itu karena mereka kurang atau bahkan beluim mengerti tentang dunia santri. Sangat disayangkan bagi mereka yang telah pindah dari dunia ini. Padahal kalau mereka lebih sabar untuk memperhatikan dunia ini sekali lagi, pasti mereka akan lebih menikmatinya dan akan mendapatkan kemenangan yang selama ini mereka cari. Hmm... Saya jadi teringat apa yang telah ustadz saya katakan. "Man Jadda Wajadda" yang artinya "Barangsiapa yang menanam bibit baik, maka akan mendapatkan hasil yang baik pula." Jadi kalau ingin mengetahui dunia santri ini, mulailah dengan hal yang positif. Dan bila ingin mengahadapi segala sesuatu du dunia ini, maka hadapilah dengan cara yang sabar.
a disini juga sudah saya anggap sebagai sodara, begitu juga dengan guru yang selalu mendampingi saya dalam dan selalu menegur apabila saya melakukan kesalahan. Lain halnya dengan di sekolah biasa, para guru disini saya panggil dengan sebutan ustadz. Karena itu saya dan teman-teman bisa lebih dekat dengan para guru disini. Itu semua yang menjadi alasan saya dan teman-teman untuk menjelejahi dunia santri.
                Ternyata, dunia pesantren ini tidak seburuk yang saya kira. Bila kita lebih sabar dan menikmatinya,Insya Allah dunia ini cocok bagi kita. Memang hidup itu harus dinikmati. Tapi jangan mentang-mentang ada kata nikmat, kita bisa berbuat apa saja tanpa kita ketahui yang benar dan yang salah. Dan jangan pula hanya berdiam diri, bosen kali cuma bisa dieeem aja. Dan hidup itu susah ditebak. Maka dari itu mulailah berbuat baik dan perbanyak membuat karya yang bermanfaat yang dapat menyentuh hati orang untuk kembali ke jalan yang lebih baik. "SO, ENJOY YOUR LIFE!!!!"

                Maka dari itu, untuk teman-teman yang bingung untuk memilih keputusan. Coba saja untuk menjelajahi dunia pesantren. Dan satu hal lagi yang bisa say beritahu kepada teman-teman. Yaitu, jangan takut untuk berbuat sesuatu.


   Bogor, 22 Maret 2009