19/12/2009

Life is For Success

Disebuah puncak pegunungan yang indah nan sejuk. Terletak sebuah sekolah menengah pertama(SMP) yang berbentuk boarding school yang bersih dan nyaman. Sekolah itu bernama SMP Jakarta Islamic Boy Boarding School. Disekolah itu saya belajar sekaligus beribadah.
Saya mengawali lembaran di sekolah itu pada tanggal 22 Juli 2007. Dengan diantar dengan sebuah mobil yang berisi saya dan keluarga kecil berikut nenek saya yang senantiasa menemani saya. Sesampainya saya di JIBBS, sebut saja begitu, saya pergi ke tempat pengisian formulir kedatangan. Setelah itu, sejenak saya berpamitan dengan keluarga saya. Lalu perlahan-lahan mata saya meneteskan air pertanda kesedihan saya. Namun apa mau hendak dikata, perpisahan ini hanya bersifat sementara.
Rasanya sulit untuk hati ini memberhentikan air mata yang sudah terlanjur menetes. Beberapa saat kemudian, saya memindahkan koper saya ketempat yang telah disediakan. Setelah itu saya bermain bersama teman-teman yang satu sekolah dasar dengan saya. Mereka itu bernama Rizqi dan Iqbal, ya… Mereka itu teman yang waktu pertama kali saya mengunjungi sekolah ini untuk survey dan hati mereka ternyata sama dengan saya, tertarik dengan sekolah besih ini. Mereka berdua yang menemani saya bermain disekolah ini saat saya belum mengenal siapa-siapa.
Di boarding school ini saya termasuk angkatan ketiga. Pada awalnya saya tidak cocok dengan sekolah ini. Bila saya sedang berbicara dengan teman-teman saya tentang kesan terhadap sekolah ini, saya selalu berkeinginan untuk pindah ke sekolah lain ketika kelas 8. Namun ketka saya kelas 8, saya diberi pilihan oleh orangtua saya untuk memilih antara pindah sekolah dengan mengikuti program sekolah yaitu student immersion. Pada saat itu saya merasa bingung untuk memilih salah satu pilihan itu. Saya tahu, mungkin inilah saatnya saya memutuskan untuk tetap tinggal di boarding ini sampai kelas 9. Namun memang pada saat itu hati saya sudah cukup kuat untuk melanjutkan lembaran-lembaran ini.
Inilah lembaran kehidupan, ada lembaran yang penuh noda dan adapula yang sedikit noda, bahkan lembaran yang tidak bernodapun juga ikut menghiasi. Dan tidak mudah untuk melewati lembaran-lembaran ini. Banyak rintangan dan ujian yang menghadang. Hanya dengan kesabaran dan keimanan yang kuat yang dapat melewati lembaran itu dengan mudah.
Hari-hari saya yang membosankan di boarding ini telah saya lewati kurang lebih 2 setengah tahun. Dan sekarang saya sudah beranjak ke kelas 3. Inilah saat rasa kedewasaan saya mulai dituntut. Lalu terpilihnya saya sebagai anggota OSIS untuk kedua kalinya, membuat saya harus memakul beban yang cukup berat demi menjaga nama baik sekolah ini. Namun saya tidak akan pernah lupa dengan support teman-teman saya yang senantiasa menghibur saya dalam lelah, sedih, sepi, dan sebagainya.
Dan ketika saya dan teman satu angkatan telah beranjak ke kelas tiga. Kami merasa semakin kompak. Dan mulailah nama “Atmosphere” muncul. Kami sangat sepakat dengan nama yang diberikan untuk angkatan kita itu. Atmosphere adalah kepanjangan dari Angkatan Tiga Most Prendship. Nama yang unik, namun saya akan selalu merindukan nama-nama yangada di dalamnya. Generasi yang membuat perubahan cukup banyak terhadap sekolah ini. Saya merasa bangga dengan adanya Atmosphere yang kompak dan semakin solid. Dan saya ingin seluruh anggota dari generasi ini, tidak akan pernah lupa satu sama lain.
Seiring dengan perkembangan tubuh saya yang semakin membesar, saya juga akan menghadapi sebuah ujian. Dan ujian ini adalah bukan ujian seperti biasa. Namun ujian ini sangat menentukan saya untuk memilih dua pilihan, yaitu ingin melanjutkan kejenjang berikutnya atau ingin tetap berada di tingkat SMP kembali. Ujian berlangsung empat hari, dan empat hari ini sangat menentukan lulus atau tidak kah saya selama 3 tahun bersekolah di sekolah ini.
Pernah sesekali saya meluangkan waktu untuk bertukar pikiran dengan teman-teman. Misalnya seperti dimana kami akan melanjutkan SMA dan mungkinkah kami dapat bertemu setelah kami menentukan pilihan masing-masing. Meski terkadang canda dan tawa menghiasi perbincangan saya dan kawan-kawan, saya tetap senang berada disisi mereka semua. Saya ingin terus menjalin ukhuwah diantara mereka. Bermain dan belajar bersama itu yang sangat saya inginkan.
Roda terus berputar pertanda masih ada kehidupan. Dan selama masih ada kehidupan saya ingin sekali mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya akan berjuang selama jantung masih berdetak dan selama waktu memberikan kesempatan. Saya tahu, perjalanan menuju sukses tidak berjalan dengan mulus tanpa adanya usaha, kerja keras, serta do’a yang selalu mendampingi hari-hari saya. “Never Give Up !”