Tired but So Fun
Pada hari
Minggu tanggal 15 November 2009. Tepatnya pukul 7, seluruh siswa SMP Jakarta
Islamic Boy Boarding School telah siap untuk melakukan kunjungan ke
PP-IPTEK(Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang terletak di daerah
Jakarta bagian timur, tepatnya di TMII(Taman Mini Indonesia Indah). Bagi saya
kunjungan ke PP IPTEK Jakarta adalah kedua kalinya dan sebelumnya saya
berkunjung pada saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Dengan
menggunakan kaos kepanduan dan celana panjang yang sopan saya dan kawan-kawan
berbaris terlebih dahulu di lapangan untuk diberikan instruksi dan berdo’a
sebelum kami semua berangkat. Kami berkunjung dengan menggunakan sebuah bus
pariwisata yang berkapasitas kurang lebih 54 orang di dalamnya. Dan
Allhamdulillah kami sampai ke tempat tujuan dengan selamat pada pukul 9. Tugas
kami di sana adalah membuat laporan tentang semua hal unik yang ada disana.
Mulai dari alat peraga yang bermacam-macam sampai dengan demo-demo sains yang
telah disediakan.
PP-IPTEK
adalah wahana yang menyediakan berbagai macam alat peraga. Kurang lebih ada 250
alat peraga di dalamnya. PP-IPTEK diresmikan oleh Bapak Soeharto di Jakarta
pada tanggal 10 November 1995. Dibagi dalam beberapa zona peraga seperti: zona
transportasi, komputer, biologi, demo, dan lain-lain.
Awalnya
kami berbaris di depan pintu masuk PP-IPTEK, lalu kami disuruh untuk meletakkan
tas dan barang bawaan kami. Setelah itu kami kembali berbaris dan mendengarkan
pengarahan dari Kakak Pembina. Setelah mendengarkan pengarahan dari kakak
Pembina, kami dipersilahkan masuk ke dalam PP-IPTEK. Wow… menakjubkan.
Pertama
kali masuk saya melihat patung kepala orang-orang yang bersejarah dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti: Albert Einstein, Isaac Newton, dan
lain-lain. Lalu saya menuju zona transportasi dan sebagainya. Saya melihat
banyak alat peraga dan bagian mesin pada kendaraan darat seperti mobil dan
motor. Salah satu alat peraganya adalah gyroskop. Sebuah sepeda yang ditaruh di
sebuah benda berputar, lalu saya menaikinya dan terasa pusing sekali saat saya
turun. Setelah itu saya melanjutkan petualangan saya di gedung yang berisi ilmu
dengan berbagai macam alat peraga tentang ilmu pengetahuan dan teknologi ini.
Langkah
saya berikutnya adalah tertuju pada sebuah semprotan angin yang dapat
menimbulkan air bila kita menekan semprotan itu di depan sebuah lubang. Menarik
dan mengesankan.
Setelah
itu saya dan kawan-kawan menuju ruang auditorium untuk menonoton sebuah film
dokumenter yang bertajuk Tsunami Chaser. Menurut dokumenter itu kata tsunami
berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang dermaga. Tsunami yang
ditayangkan pada film documenter itu adalah tsunami yang terjadi di Papua New
Guinea tepatnya di Laguna Sosshano. Dan beberapa hari setelah itu datang
sekelompok peneliti dari Amerika. Sekelompok peneliti itu tentunya bertujuan
unutk meneliti tsunami yang telah terjadi sebelumnya dan juga mereka
mewawancarai warga setempat. Dan ternyata sebelum tsunami itu terjadi, ada
gempa sekitar 7 SR, lalu dilanjutkan dengan pasang surut ombak yang tak menentu
sampai dengan ketiga kalinya. Lalu dinding air yang sangat tinggi yang bernama
tsunami itu menghantam Laguna Sosshano. Menurut para peneliti itu ombak itu
mencapai ketinggian kurang lebih 10 m. Bagi penduduk setempat mungkin tsunami
itu adalah kiamat bagi mereka. Namun bagi saya ada kesan yang tersendiri
tentang itu semua, mungkin itu peringatan bagi kita semua dari Allah berupa
tsunami.
Setelah
saya dan kawan-kawan menonton film dokumenter itu, kami semua menuju lantai
bawah untuk malihat sebuah demonstrasi. Saya sudah mengira bahwa demonstrasi
ini akan sangat menarik. Dan benar, demonstrasi yang berjudul “Roket Air” akan
segera dipertunjukkan. Namun sebelum kakak Pembina memulai demonstrasi itu,
terlebih dahulu dia memberikan sebuah materi tentang cara membuat roket dan
bagaimana roket itu dapatberfungsi. Ada tiga bagian yang terdapat pada roket
itu. Yaitu, Nose, Vessel, dan Nozzle. Nose itu adalah bagian hidung atau kepala
yang berfungsi untuk membelah angin pada saat roket itu di udara. Vessel adalah
bagian badan yang berfungsi untuk mengangkut muatan yang dibutuhkan. Namun
dalam prinsip roket air, vessel berguna untuk menampung air yang dibutuhkan
sebagai bahan bakar. Sedangkan nozzle adalah bagian bawah roket, dan nozzle dilengkapi
dengan fin benda yang berbentuk seperti sayap dan berfungsi untuk menjaga
keseimbangan saat di udara. Dan minimal fin yang digunakan adalah 3 buah.
Setelah penyampaian materi, kami semua langsung menuju keluar untuk melihat
praktek atau demo peluncuran roket air. Lalu Kakak Pembina meminta bantuan 2
orang untuk maju kedepan. Dan ternyata yang pertama kali maju ke depan adalah 2
orang guru dari sekolah saya yaitu, Ustadz Safari dan Ustadz Kholik. Tugas
Ustadz Safari adalah sebagai pemompa gas yang akan diberikan ke roket tersebut,
dan Ustadz Kholik bertugas sebagai penekan kendali. Pertama, Kakak Pembina
memasukkan air kedalam roket yang berisi 400 mm. Kedua, Ustadz Safari memompa
gas sebanyak 20 kali pompaan. Dan terakhir Ustadz Kholik menekan kendali pada
roket itu dengan 3 kali hitungan mundur. 3… 2… 1… Swiing… Roket air itu
meluncur cukup tinggi. Sungguh menarik.
Dan
kali keduanya adalah murid yang bertugas. Namun karena dua orang saja yang
dapat melakukan tugas itu, dan akhirnya kedua teman saya yang bernama Fadhil
dan Bardan yang akan melakukan tugas itu. Bardan mengerjakan tugas yang telah
dikerjakan Ustadz Safari sebelumnya, sedangkan Fadhil mengerjakan tugas yang
telah dikerjakan Ustadz Kholik Sebelumnya. Dan hasilnya adalah roket Fadhil dan
Bardan meluncur lebih tinggi dan jauh dibandingkan roket sebelumnya. Wow… untuk
kedua kalinya saya terkesima dengan melihat apa yang telah terjadi dihadapan
saya.
Setelah
kami semua menonton demo peluncuran roket air. Kami melanjutkan petualangan
kami ke ruangan yang disebut zona magnet dan listrik. Lagi-lagi saya melihat
alat-alat peraga yang sangat menarik. Namun menurut saya zona ini adalah zona
yang paling menarik. Selain bermacam-mcam alat peraga, di dalamnya juga
terdapat sebuah simulator gempa yang berkapasitas maksimal 3 orang. Saya
kebagian untuk dapat mencicipi bagaimana alat ini bekerja. Dan hasilnya kurang
menarik. Lalu saya berjalan ke kanan dan melihat sebuah alat peraga simulasi
tsunami. Cara kerja alat tersebut adalah kita tarik tuas ke atas lalu kita
masukkan kembali tuas itu dengan tenaga yang cukup kuat. Lalu rumah dan pohon
yang berada di dalam alat itu terjatuh dengan gelomang air yang cukup deras.
Lalu setelah itu, saya kembali keliling ruangan itu dan mencoba-coba alat
peraga yang lainnya.
Setelah saya
puas mencoba hampir semua alat peraga, petualangan saya beralih ke lantai atas
untuk melihat demonstrasi atau eksperimen. Sebelumnya saya harus menunggu
kawan-kawan saya yang belum datang untuk waktu beberapa menit.
Setelah
seluruh kawan saya telah berkumpul, eksperimen pertama dimulai. Eksperimen
pertama adalah “Tujuh Paku”. Prinsip eksperimen ini adalah keseimbangan. Jadi,
salah satu orang diminta untuk maju ke depan, lalu orang tersebut disuruh untuk
menaruh 6 paku lainnya di atas 1 paku yang telah di pasang. Mula-mula yang maju
ke depan adalah Ustadz Safari. Lalu Beliau belum sanggup untuk melakukan hal
itu. Beliau ditawarkan untuk membawa satu temannya kedepan, dan beliau memilih
Ustadz Sandi untuk mendampinginya. Dan lagi-lagi mereka belum dapat
melakukannya. Untuk kedua kalinya Ustadz Safari ditawarkan untuk membawa satu
teman lagi untuk maju ke depan mendampinginya, dan beliau memilih Ustadz
Jam’ul. Setelah beberapa kali mencobanya, akhirnya mereka bertiga dapat
menyelesaikan eksperimen itu. Lalu selanjutnya adalah “Bagaimana mengetahui
keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri?”. Awalnya kami semua disuruh
mengucapkan tulisan yang ditunjukkan sesuai dengan tulisan dan warna. Lalu
berikutnya adalah kita disuruh mengucapkan tulisan itu lagi. Namun kali ini ada
yang berbeda, ternyata tulisan dengan warna berbeda. Itu yang membuat kami
bingung. Dan kata Kakak Pembina, “Berarti otak kanan kalian harus lebih dilatih
lagi agar otak kalian seimbang”.
Lalu
dua eksperimen selanjutnya adalah eksperimen tentang massa jenis dan eksperimen
tentang reaksi kimia. Setelah kami puas melihat empat eksperien tadi, pandangan
Ustadz Marjuki tertuju pada sebuah jam yang ada di tangannya. Dan ternyata
jarum pendeknya berada diantara angka 12. Dan itu artinya kami semua harus
menuju ke Mushola untuk melakukan Sholat Dzuhur.
Setelah kami semua selesai mengerjakan kewajiban kami seorang muslim, kami
semua menuju ruangan yang di depan pintunya tertulis “Library”. Namun, setelah
saya masuk ke sana tidak ada satu buku pun yang terpampang , dan yang ada
hanyalah ruangan yang berisi beberapa meja makan berikut kursinya. Ternyata, di
tempat itulah kami semua menyantap makan siang yang menunya adalah nasi padang
berikut ayam goreng.
Setelah
perut kami penuh dengan menu santapan siang itu, saya dan kawan-kawan diberi
waktu 30 menit untuk keliling PP-IPTEK lagi dan mencatat salah satu alat peraga
yang ada di PP-IPTEK Jakarta ini. Saya langsung memanfaatkan keadaan ini untuk
mengetahui lebih lanjut tentang dunia sains. Saya merasa seperti menjadi
seorang researcher atau peneliti cilik.
30 menit
berlalu dan saatnya kami untuk keluar dari tempat belajar sekaligus bermain
itu. Dan cuaca di luar tampaknya kurang menukung untuk kita keluar dari
PP-IPTEK itu. Dan kami semua mengambil tas yang sebelumnya dititipkan. Lalu
setelahnya, kami semua menuju bus yang telah menyalakan mesinnya . Dan itu
pertanda kami semua bus itu telah siap meluncur ke tempat pemberhentian
berikutnya.
Berhubung
PP-IPTEK itu berada di TMIIl, saya dan kawan-kawan menuju ke tempat
pemberhentian berikutnya. Tempat itu adalah tempat dimana terdapat bebagai
jenis kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
S.A.W. Tempat itu bernama ”Baytul Qur’an”. Banyak sekali Qur’an yang terdapat
di sana. Dan yang uniknya adalah Qur’an yang terbesar yang pernah saya lihat
terdapat di tempat itu pula.
Setelah
kami puas keliling dan melihat-lihat isi di dalam “Baytul Qur’an” itu. Kami
bergegas kembali menuju kediaman kami di Bogor. Namun, berhubung waktu
menunjukkan pukul tiga lewat 5 menit, dan tujuan kami beralih ke masjid yang
lumayan besar. Masjid itu bernam Masjid Agung At-tin yang terletak di sebelah
kiri TMII.
Setelah
kami melaksanakan sholat Ashar berjama’ah di sana. Kami semua langsung menuju
bus yang telah bersiap perjalanan jauh yaitu ke Bogor, tempat kami tinggal.
Sampainya di sekolah pukul 7 lewat 30 menit. Badan saya terasa pegal-pegal.
Petualangan saya kali ini terasa melelahkan. Walaupun lelah saya merasa senang
karena telah mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga. “Tired But So Fun”.